Dukung Ketahanan Pangan Direktorat Intelkam Polda Jabar Sambangi Gapoktan Mekar Tani Sukabumi
Sukabumi – Kanit V Subdit 2 Dit Intelkam Polda Jabar, Kompol Dadan Sudirman, S. H., M.H., CPHR, sambangi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) “Mekar Tani” di Kampung Kebon Pedes, Desa Jambe Nenggang, Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Rabu (18/11/2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung program swasembada pangan dan ketahanan pangan Nasional, serta menjaga kondusivitas jelang Pilkada 2024 di wilayah hukum Polda Jabar.
Kegiatan yang dipimpin oleh Kompol Dadan Sudirman ini menjadi bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan di wilayah Sukabumi, terutama dalam menghadapi tantangan keamanan pangan di tengah dinamika Pilkada.
Dalam kesempatan tersebut, beberapa poin penting disampaikan oleh para petani dan tokoh lokal mengenai tantangan dan potensi yang ada di sektor pertanian.
H. Ujang, salah satu tokoh setempat, mengungkapkan bahwa meskipun musim hujan, wilayah Kecamatan Kebon Pedes masih bisa menghasilkan panen yang baik berkat sistem irigasi yang terjaga dengan baik.
Ia juga menambahkan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Kecamatan Kebon Pedes seluas 517 hektar dari total 1000 hektar telah beralih fungsi menjadi perumahan. Namun, di Desa Jambe Nenggang, tidak ada pembangunan perumahan karena telah ditetapkan sebagai kawasan pertanian berkelanjutan.
Lebih lanjut, kelompok tani menyatakan siap mendukung program pemerintah, namun meminta dibuatkan Peraturan Desa (Perdes) untuk melindungi lahan pertanian agar tidak beralih fungsi.
Kelompok tani juga berperan penting dalam mendukung ketahanan pangan dan swasembada beras, terutama dalam menghadapi rencana pemerintah untuk melarang impor beras pada tahun 2025.
Selain itu, Kompol Dadan Sudirman, S. H., M.H., CPHR juga mengapresiasi penerapan metode System of Rice Intensification (SRI) Organik yang dikembangkan oleh Gapoktan “Mekar Tani”.
Metode ini terbukti mengurangi emisi gas metan yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global.
Dengan penerapan SRI, hasil pertanian padi meningkat secara signifikan, menghasilkan 6 hingga 10 ton gabah per hektar, dibandingkan dengan metode konvensional yang hanya menghasilkan 4 hingga 6 ton per hektar.
“Penerapan metode SRI juga lebih efisien dalam penggunaan air, hanya menggunakan sekitar 60% air dibandingkan dengan sistem konvensional, menjadikannya sangat cocok untuk diterapkan di musim kemarau,” katanya.
Sementara, Ketua Gapoktan “Mekar Tani”, Ujang Zaenal Mutaqin, mengungkapkan bahwa penerapan metode SRI organik sangat menguntungkan bagi petani, terutama dalam meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk serta pestisida.
Ia berharap metode ini dapat terus dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
“Kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan kepolisian dalam menciptakan situasi yang kondusif menjelang Pilkada 2024, sekaligus mendukung tercapainya swasembada pangan di Jawa Barat,” singkatnya