Pedagang Daging Sapi Berencana Mogok Berdagang 5 Hari, Karena Kenaikan Harga Tak Terkendali

Pedagang Daging Sapi Berencana Mogok Berdagang 5 Hari, Karena Kenaikan Harga Tak Terkendali

GUE JABAR | JAKARTA – Harga daging sapi naik antara Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu hingga mencapai Rp 145 ribu per kilogram.

Kenaikan harga daging sapi membuat para pedagang di Jabodetabek berencana mogok berdagang.

Karena itu, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) meminta pemerintah bergerak cepat mengendalikan harga daging sapi.

“Kami melihat situasi ini cukup tidak terkendali karena harganya mencapai Rp 140 ribu, tertinggi Rp 145 ribu per kilo,” kata Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI, Reynaldi Sarijowan, saat dihubungi, Rabu (23/2/2022).

Menurutnya, pemerintah harus mampu segera menyelesaikan persoalan itu, menggenjot sentra-sentra daging sapi yang ada di seluruh Indonesia.

“Kalau harganya masih tinggi, kami khawatir menjelang Ramadan dan Lebaran harga akan terus meningkat. Harus diantisipasi sejak sekarang, pemerintah melakukan intervensi terhadap daging,” kata Reynaldi.

“Jadi wilayah hulu sentra produksi, perlu digenjot seperti di NTB kalau surplus di sana perlu disilang ke daerah yang konsumsinya tinggi seperti Jabodetabek,” ujarnya.

Ia pun menyebut, kenaikan harga daging sapi membuat para pedagang di Jabodetabek berniat mogok berdagang.

“Kami sedang melakukan komunikasi kepada pedagang daging agar tidak terjadi mogok,” katanya

Ketua Umum Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi), Asnawi, mengatakan para pedagang daging di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, akan mogok berjualan.

Asnawi mengatakan, mogok dimulai 28 Februari-4 Maret 2022. Mogok dilakukan lantaran harga sapi terus naik. Menurut Asnawi, kenaikan harga sudah dimulai sejak 2021.

“Kami akan mogok 5 hari ke depan dari 28 Feberuari 2022 – 4 Maret 2022. Itu rencana teman-teman pemotong dan pedagang,” ujar Asnawi saat dihubungi Rabu (23/2/2022).

Ia menjelaskan, pasokan sapi dari negara tetangga seperti Australia sedang terganggu. Selain karena bencana, juga karena pandemi Covid-19. Banyak rumah potong di Australia tutup dan mengakibatkan harga daging sapi mahal.

Hal tersebut, menjadi satu di antara faktor harga daging sapi yang terus mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Asnawi mengusulkan agar pemerintah membuka jalur perdagangan dari negara selain Australia.

“Suplai bisa dari negara lain. Misalnya, Meksiko,” tutur Asnawi.

Asnawi menyebut selama ini pedagang terus mengalami kerugian. Ia mencontohkan, modal HPP sudah mencapai Rp 127.500 per Kg, sementara dijual Rp 130.000.

“Orang pergi, tidak mau beli akhirnya dijual lebih rendah jadi kita rugi terus,” kata Asnawi.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
artiker Tribunjabar.id

Related Articles

Stay Connected

20,826FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles