Lika-liku Perjalanan Ekonomi Indonesia, Ekonomi dan Politik Bergantian Menjadi Panglima

Lika-liku Perjalanan Ekonomi Indonesia, Ekonomi dan Politik Bergantian Menjadi Panglima

GUE JABAR | Nasional – Sekitar empat bulan lagi, Indonesia akan merayakan HUT Kemerdekaan yang ke-77. Usia yang sudah tidak muda lagi bahkan hampir satu abad. Selama perjalanannya, bangsa Indonesia telah menemui jalan berliku ihwal kondisi ekonomi dan politik dari masa ke masa, dari rezim ke rezim.

Hingga saat ini, Indonesia belum mampu mencapai cita-cita kemerdekaan, salah satunya memajukan kesejahteraan umum, meskipun saat ini Indonesia menjadi tuan rumah G20 yang merupakan sebuah forum ekonomi bagi 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Kondisi perekonomian Indonesia terus mengalami pasang surut, pernah menemui masa gemilang hingga kembali di timpah inflasi besar-besaran.

Masa orde lama bukanlah masa yang indah bagi kondisi ekonomi Indonesia. Masa orde lama menjadikan politik sebagai panglima dimana pemerintah dan rakyat disibukan dengan hal hal politis dan perebutan pengaruh dan kekuasaan.

Di awal kemerdekaan, elemen bangsa dituntut untuk fokus mempertahankan kemerdekaan. Setelah itu berbagai pemberontakan hadir Indonesia. Stabilitas politik pun tidak tercapai akibat pergolakan ideologi, dimana setiap kelompok berusaha menebar pengaruhnya di masyarakat.

Pemerintah juga terus disibukkan dengan konflik eksternal seperti merebut irian Barat, konfrontasi Malaysia, serta politik mercusuar.

Pergolakan ideologi dan lahirnya berbagai pemberontakan juga mendorong pemerintah untuk bersikap otoriter. Alhasil sistem ekonomi terpimpin lahir imbas demokrasi terpimpin.

Sebuah sistem ekonomi yang menjadikan pemerintah sebagai satu-satunya pihak yang berhak memainkan pasar serta roda perekonomian tanpa campur tangan swasta. Sistem ekonomi ini terbukti gagal, hiperinflasi terjadi hingga 600%, devaliasi mata uang, serta krisis berkepanjangan pada akhirnya meruntuhkan kekuasaan orde lama.

Pemerintahan berlanjut ke era orde baru, pemerintah langsung tancap gas menstabilkan ekonomi Indonesia. Langkah awal yang dilakukan Ialah menciptakan stabilitas politik dengan melakukan fusi partai. Sistem ekonomi terpimpin dihapus, pemerintah menggandeng swasta juga investor untuk membangun ekonomi Indonesia.

Pemerintah terus berfokus untuk membangun ekonomi dengan menciptakan stabilitas politik. Rakyat pun seakan dipaksa untuk lupa terhadap politik. Stabilitas politik mampu menciptakan stabilitas ekonomi.

Indonesia pernah berhasil mencapai swasembada pangan dan angka pertumbuhan ekonomi pernah menyentuh angka 10% ditahun 1970.

Walau di sisi lain, rakyat harus rela kehilangan demokrasi. Disini ekonomi sebagai panglima. Walau hingga pada akhirnya, sistem pemerintahan yang berusaha meninabobokan rakyat dari urusan politik membuat rakyat muak dan merindukan apa yang disebut demokrasi.

Disamping itu keadaan ekonomi dipenghujung abad ke-20 (1997-98) semakin buruk. Inflasi sebesar 80% terjadi, pertumbuhan ekonomi minus di angka 13,13% dan ini pun menjadi akhir kekuasaan Orde Baru.

Reformasi terjadi, pemerintahan dilanjutkan oleh presiden Bj. Habibie. Capaian terbaik nya, Habibie mampu memperbaiki angka minus pertumbuhan ekonomi dari 13,13% di 1998 menjadi 0,79 % di 1999. Ia juga mampu memperbaiki kurs rupiah dari 16.000 Menjadi 7000 /US Dollar. Di era KH. Abdurrahman Wahid, pertumbuhan ekonomi perlahan naik menjadi 4,92% di tahun 2000 meski di tahun berikutnya melambat menjadi 3,64%. Era Megawati, ekonomi perlahan juga mengalami perkembangan, capaian terbaik ialah angka pertumbuhan ekonomi berhasil menembus angka 4,78% di tahun 2003. Diera SBY, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang fluktuatif. 6, 35% di tahun 2007 ialah capaian terbaik masa pemerintahan SBY, meskipun di tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan hingga tidak pernah kembali menyentuh angka tersebut, biar begitu ekonomi Indonesia kau bilang stabil.

Siapa yang terbaik presiden Jokowi ialah pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 yang menyentuh angka 5, 17%. Meski di bawah capaian SBY, pertumbuhan ekonomi cukup terbilang stabil karena dibarengi juga oleh pembangunan-pembangunan yang dilakukan untuk pemerataan. Di era Jokowi juga konsumsi rumah tangga Indonesia melonjak tinggi yang menyebabkan PDB Indonesia membengkak dan masuk jajaran G20.

Di Era reformasi ini, kebebasan berpendapat mendirikan partai serta berpolitik untuk rakyat diberikan. Biarpun begitu tidak seperti di orde lama yang menciptakan gejolak besar sehingga stabilitas politik tidak tercapai, reformasi masih tetap menciptakan iklim sejuk untuk bisnis.

Di Era reformasi ini, politik tetap menjadi perhatian besar, namun tetap tidak melupakan ekonomi. Rakyat dituntut untuk menjadi pelaku ekonomi, namun disisi lain mereka tidak dibatasi hak untuk berpolitik.

Menciptakan kesejahteraan umum yang sesuai dengan cita-cita dari kemerdekaan bisa secara nyata tercapai jika pemerintah serta rakyat mau bekerjasama. Tugas pemerintah ialah membangun ekonomi namun tetap menjaga nilai demokrasi (neliti.com). Ekonomi dan politik ialah sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan.

Politik mampu mempengaruhi kebijakan ekonomi, namun disisi lain ekonomi juga mampu meruntuhkan sebuah kekuasaan yang ada. Semua elemen bangsa terutama pemerintah harus lebih bersinergi membangun ekonomi.

Pemerintah harus mampu membuat granddesign besar untuk pertumbuhan ekonomi. Kebebasan berpolitik juga jangan sampai membuat pihak oposisi pemerintah bersikap provokatif yang dapat mengganggu stabilitas politik dan iklim bisnis yang ada. Semua elemen termasuk posisi seharusnya bersaing dengan menciptakan grand design besar grand design terbaik terkait perekonomian bangsa.

(Novian)

Related Articles

Stay Connected

20,826FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles